Chapter 1: Bad Luck that Turns Out Good

Author: Kyurin

Length: Ficlet/Songfic

Genre: Romance, fluff, sad, school life

Maincast: Choi Seungcheol a.k.a S.coups and Lee Clara (OC)

A/N: This story is an old story I dedicated to one of my friend as her sweet seventeen present back in 2017. Aku memutuskan untuk post ke blog ini karena dibuang sayang. Also when I ask her about this fanfiction she doesn’t remember it, which kinda sad. Maka dari itu author bagikan cerita ini untuk readers. Sedikit cerita, waktu aku buka file, ternyata aku berniat untuk buat cerita ini sebagai chapters. So, I might continue it. Gaya bahasaku mungkin berubah, honestly it might be interesting! Wait for the next chapter… enjoy!

_ _ _

Sekali lagi, Clara memerhatikan sosoknya. Dia yang duduk di pojok kelas dengan jendela tepat disebelahnya. Sinar matahari yang masuk lewat kaca membuatnya nampak lebih bersinar dari biasanya. Hanya melihat punggungnya yang kokoh saja sudah cukup untuk membuat jantung Clara berdegup dengan kencang. Memandangi Seungcheol sudah menjadi salah satu kegiatan wajib yang ia lakukan di kelas akhir-akhir ini. Sebelum..

BRUK

“Ini buku latihan ekonomi yang harus dikumpulkan hari ini. Aku ada les, jadi kau yang kumpulkan.” Jihoon meletakkan bunya latihan itu tepat di depan muka Clara, membuat buku ekonomi itu menghalangi pandangannya. Clara mendelik ke arah Jihoon. Sedangkan Jihoon hanya mengendikkan bahunya. Dengan berat hati Clara beranjak dari tempat duduk dan membawa tumpukan buku tersebut ke ruang guru. Yup.. Sebelum tugasnya sebagai ketua kelas memanggilnya. Menyibukkan diri untuk hal-hal seperti ini sama sekali bukan tujuannya ketika Clara masuk SMA. Tujuannya saat masuk SMA sebenarnya adalah mendapat pacar.

_ _ _

Like I was having an out-of-body experience
I’m gazing at you from here

Selesai Clara menyerahkan tugas, Clara melihat Seungcheol yang sedang bermain bola di lapangan lewat jendela di lorong. Secara otomatis, ia memperlambat langkah kakinya hingga terhenti di depan sebuah jendela. Kurasa memerhatikan sosoknya sedikit lebih lama, tak masalah, batinnya. Semakin lama Clara menjadi semakin tenggelam dalam dunia Clara sendiri. Ketika melihatnya tertawa Clara tersenyum dan ikut bersorak ketika ia berhasil memasukkan bola.

“KYAA..”Teriaknya senang ketika melihat Seungcheol kembali berhasil mencetak gol. Namun sedetik kemudian, Seungcheol menoleh ke arahnya. Tubuhnya berubah kaku ketika ia mendapatinya sedang melihat ke arahnya. Pandangan kami saling bertemu. Jantungnya berhenti berdetak. Shit, umpatnya dalam hati. Clara bergegas kembali ke kelas. Pipinya memanas. Lain kali, aku akan lebih berhati-hati, batin Clara.

_ _ _

Clara sudah mengambil tasnya dan kini ia sudah keluar dari pintu sekolah. Mau tak mau, Clara harus melewati lapangan karena lapangan ada sebelum gerbang sekolah. Jadi ketika ia melewati lapangan, Clara menggunakan tas jinjingnya untuk menutupi wajahnya. Clara nyaris sampai di dekat gerbang, tiba-tiba ia tersandung kursi dekat lapangan karena terlalu fokus dengan penyamarannya.

DUGG

“AW!!..”ucapnya cukup keras sambil melompat-lompat kecil sembari menahan rasa sakit yang cukup kuat. Tapi akhirnya Clara jatuh terduduk sambil memengangi lututnya yang sedikit terluka. Anak laki-laki berdatangan menghampirinya sambil bertanya mengenai kondisinya. Tapi karena terlalu sakit, Clara tak bisa menjawab mereka. Justru ia semakin menunduk karena air matanya yang mulai berjatuhan.

“Hiks.. hiks..” Clara menangis sesenggukan.

“Apa kau baik-baik saja?”Clara menggeleng sambil menghapus air matanya. Tiba-tiba ia merasa seseorang menyentuh lututnya. Clara mengerang.

“Apa ini sakit?” Clara mengangguk lemah. Ia sudah tidak peduli lagi siapa yang berbicara dengannya. Hal yang paling penting saat itu adalah rasa sakit yang ia rasa hilang. Lelaki yang bertanya padanya tadi langsung mengobati kakinya yang sepertinya sedikit keseleo itu. Setelah mengobati kakinya, lelaki itu menggerak-gerakan kakinya.

“Masih sakit?”

“Sudah tidak terlalu.”Jawab Clara dengan suara serak. Lelaki itu menariknya untuk berdiri.

“Bisa berjalan?” Masih dibantu lelaki itu, Clara berjalan tertatih-tatih.

“Kurasa bisa.. tapi cukup memakan waktu.”

“Yasudah, biar kuantar kau pulang. Sekalian aku juga sudah mau pulang.” Lelaki itu merendahkan badannya, meminta Clara untuk naik ke punggungnya. Ketika Clara melihat punggung lelaki itu, ia merasa punggung yang berada di depannya ini cukup familiar, tapi ia tidak peduli, yang penting ia pulang. Jadi, ia naik keatas punggung lelaki tersebut dan memeluk lehernya erat.

“Yasudah, aku pulang ya.”Pamit laki-laki itu.

“Siap Seungcheol, hati-hati di jalan.. Jangan modus!” Ia tertawa. Apa? batin Clara.

Deg. Deg. Deg.

Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Clara semakin menenggelamkan wajahnya di pundak Seungcheol, tak tahu apa yang harus dilakukannya.

_ _ _

I’m bothersome, but..

.

.

.

Don’t put me outside

“Mamaf” Ucap Clara, masih dengan wajah yang ditenggelamkan di pundak Seungcheol.

“Apa?” Tanya Seungcheol bingung.

“Maaf!” Clara mengangkat wajahnya.

“Untuk apa?” Clara tertegun. Membuka mulutnya dengan ragu.

“Umm.. Karena sepertinya aku menyusahkanmu.”Ucap Clara dengan suara yang semakin lama semakin mengecil. Seungcheol tertawa kecil.

Deg.

Jantungnya berhenti berdetak. Suara tawanya..

“Kenapa aku harus merasa terbebani? Kau kan memang sakit. Lagipula aku memang ingin pulang kok.”Hening untuk beberapa saat. Clara tidak ingin perjalanannya sampai ke rumah berakhir hening seperti ini. Jadi ia memutuskan untuk membuka mulutnya.

“Anu..”Ucap mereka bersamaan. Seungcheol tertawa malu dan Clara tersenyum simpul.

“Kau dulu.”Clara mempersilahkan.

“Kau.. yeoja yang sering datang ke pertandingan kami kan? Aku beberapa kali melihatmu di kursi penonton. Kadang-kadang aku melihatmu menonton kami yang sedang latihan. Awalnya kupikir itu hanya khayalanku tapi tadi aku melihatmu di jendela..”

“Euh, itu hanya kebetulan. Karena sepertinya sepak bola itu seru, jadi aku mengikuti kalian.”Potong Clara dengan cepat.

“Kau tidak pelu ketakutan, aku hanya bertanya..”Seungcheol terkekeh. “Jadi, apa yang mau kau bilang tadi?”

“Ha?? Oh! Itu..  aku hanya berpikir kalau kau tadi cukup keren saat mencetak gol.”Ucap Clara malu-malu. Pipi Clara memanas.

“Ho.. jeongmalyo? Sekeren itu sampai kau tersandung kursi?” Clara memukuli pundak Seungcheol sambil tertawa.

“Enak saja!! Aku tersandung kursi bukan karena melihatmu.. Huh! Dasar narsis!!” Seungcheol tertawa sekaligus meringis akibat pukulan Clara.“Sakit, Sakit!” Ucapan Seungcheol membuat Clara memeperlambat hingga menghentikan aksinya. Mungkin melihatku berada di kursi penonton setiap permainanmu membuatmu merasa terganggu, tapi jangan mengacuhkanku ya.. batin Clara.

_ _ _

Though you’re right here
Love is so far away

Hari sudah pagi. Secercah cahaya yang masuk lewat tirai jendela, menggelitik mata Clara. Memaksanya untuk membuka mata. Dengan berat hati Clara membuka matanya yang masih berat. Ia melihat sekelilingnya. Aku di kamar. Ternyata cuman mimpi ya? Batinnya kecewa. Ia beranjak dari tempat tidurnya ke  kamar mandi.

Setelah Clara selesai, ia pergi ke ruang makan untuk mengambil roti yang sudah disiapkan eommanya. Ia membawa roti itu di mulutnya dan pergi memakai sepatu.

“Clara, tidak makan di rumah??”Tanya eomma.

“NGAK(re: nggak)..”Jawab Clara yang sudah membuka pintu.

“Oh! Iya itu..”Teriakan eomma terputus oleh dentuman pintu dan Clara mematung. Why? Karena ia melihat prince charmingnya berada tepat dua meter di depannya. Sedang bersandar di pintu gerbang rumahnya dengan kedua tangan masuk ke saku.

“Kenapa.. ka, kau..”Ucap Clara terbata-bata. Seungcheol tidak mengatakan apapun dan hanya berjalan mendekat. Clara yang bingung, mundur dengan perlahan. Tiba-tiba Seungcheol menarik tangan Clara dan meletakkan sesuatu ke genggaman tangan Clara. Begitu Clara membuka genggamannya, ia melongo.

“Balsem?”Tanya Clara tidak percaya apa yang ia dapat. Seungcheol menggaruk belakang kepalanya, malu.

“Kemarin, kudengar dari Ajjuma hari ini adalah hari ulang tahunmu. Tapi ternyata sehari sebelum ulang tahunmu, kau terluka. Karena aku tidak tahu apa yang kau inginkan, jadi aku membeli balsem. Supaya kau cepat sembuh.” Clara tertawa sambil mengulum senyumannya. Manis, batinnya.

“Ja,jangan pikir yang aneh-aneh. Besok ada pertandingan jadi aku ingin kau datang untuk menyemangati tim. Arra??” Ucap Seungcheol sambil berlalu.

“Ne!”Teriak Clara sambil berlari menyusul Seungcheol. Ternyata bukan mimpi.

First love is a butterfly

[Hatsukoi wa Butterfly – HKT48]

_THE_END_OF_CHAPTER_1

Leave a comment